Senin, 09 Juli 2018

Kendalikan sebelum dikendalikan


πŸ“KOREK APIπŸ“
πŸŒ³πŸ“πŸ“πŸ“πŸ“πŸ“πŸ“πŸ“πŸ“πŸ“
SEBATANG POHON DAPAT MEMBUAT JUTAAN BATANG KOREK API,
πŸ“πŸŒ³πŸŒ³πŸŒ³πŸŒ³πŸŒ³πŸŒ³πŸ€Š
TAPI SATU BATANG KOREK API JUGA DAPAT MEMBAKAR JUTAAN POHON.
✅✅✅✅✅
JADI, SATU FIKIRAN NEGATIF DAPAT MEMBAKAR SEMUA FIKIRAN POSITIF.
πŸ“πŸ’­πŸ’­πŸ’­πŸ’­πŸ’­πŸ’­πŸ’­
KOREK API MEMPUNYAI KEPALA, TETAPI TIDAK PUNYA OTAK,
πŸ“πŸ“πŸ”₯πŸ“πŸ”₯πŸ“πŸ”₯
OLEH KARENA ITU SETIAP KALI ADA GESEKAN KECIL, SANG KOREK API TERUS TERBAKAR.
πŸ™‡πŸ™‡πŸ™‡‍♂️🧠🧠🧠
KITA JUGA MEMPUNYAI KEPALA, DAN JUGA OTAK,
πŸ™…πŸ™…πŸ˜‘πŸ˜‘πŸ˜‘
KITA TIDAK PERLU MUDAH TERBAKAR MARAH HANYA KARENA GESEKAN KECIL.
🐧🐧🐧🐧🐧🐧
KETIKA BURUNG HIDUP, IA MAKAN ULAT..
πŸ›πŸ›πŸ›πŸ›πŸ›πŸ›πŸ›
KETIKA BURUNG MATI, ULAT MAKAN BURUNG.
πŸ•›πŸ•πŸ•œπŸ•πŸ•™πŸ•₯
WAKTU TERUS BERPUTAR. RODA KEHIDUPAN TERUS BERLAKU.
πŸ‘ŽπŸ‘ŽπŸ‘Ž⬇⬇πŸ˜”πŸ˜”πŸ˜”πŸ˜”
JANGAN MERENDAHKAN SIAPAPUN DALAM HIDUP, BUKAN KARENA SIAPA MEREKA, TETAPI KARENA SIAPA DIRI KITA.
☝πŸ•₯πŸ•₯πŸ’ͺπŸ’ͺπŸ’ͺπŸ˜₯πŸ˜₯
KITA MUNGKIN BERKUASA TAPI TUHAN  LEBIH SANGAT BERKUASA DARIPADA KITA.
✨✨πŸ˜€πŸ˜πŸ™†πŸ˜πŸ˜€✨✨
WAKTU KITA SEDANG BERJAYA, BANYAK TEMAN BARU DI SEKELILING KITA.
πŸƒπŸƒπŸƒπŸ’¨πŸ˜°πŸ˜°πŸ˜’πŸ˜’πŸ˜­πŸ˜­
WAKTU KITA SUSAH, BARU KITA KENAL SIAPA SAHABAT KITA.
πŸ˜ͺπŸ˜ͺ πŸ™Œ πŸ‘›πŸ’„πŸ’…πŸ’ΈπŸ’πŸ’Ž
DAN WAKTU KITA SAKIT PARAH, BARU KITA TAHU BAHWA NIKMAT SEHAT ITU SANGAT BERNILAI, JAUH MELEBIHI HARTA.
πŸ‘΄πŸ‘΅πŸ˜±πŸ˜±πŸ˜°πŸ˜°❗
KETIKA KITA TUA, KITA BARU TAHU BAHWA MASIH BANYAK YANG BELUM KITA KERJAKAN.
πŸ‘€πŸ‘€πŸ‘€πŸ’€πŸ’€πŸ‘£πŸ‘£πŸ‘£
DAN, SETELAH DI AMBANG AJAL, KITA BARU TAHU BEGITU BANYAK WAKTU YANG TERBUANG SIA-SIA.
πŸ”‹πŸ”‹πŸ’‘πŸ’‘πŸ”‹πŸ”‹πŸ’‘πŸ’‘
HIDUP TIDAKLAH LAMA, SUDAH SAATNYA KITA BERSAMA-SAMA MEMBUAT HIDUP LEBIH BERHARGA,
πŸ‘­πŸ‘¬πŸ‘¬πŸ‘­πŸ’ƒπŸ’ƒπŸ‘­
SALING MENGHARGAI DAN SALING MEMAAFKAN.....



Belajar mengalah sampai tidak ada yang mengalahkan


"MENANG ... TAPI KALAH"

Kalau berselisih dengan pelanggan...
walaupun kita menang...
Pelanggan tetap akan lari...

Kalau berselisih dengan rekan sekerja...
Walaupun kita menang...
Tiada lagi semangat bekerja dalam tim...

Kalau kita berselisih dengan boss...
Walaupun kita menang...
Mungkin tiada lagi masa depan di tempat itu...

Kalau kita berselisih dengan keluarga...
Walaupun kita menang...
Hubungan kekeluargaan akan renggang...

Kalau berselisih dengan sahabat...
Walaupun kita menang...
Persahabatan akan menjauh & memudar...

Kalau berselisih dengan pasangan...
Walaupun kita menang...
Perasaan sayang pasti akan berkurang...

Kalau kita berselisih dengan siapapun...
Walaupun kita menang...
Kita tetap kalah...
Yang menang, hanya ego diri sendiri...
Yang tinggi dan naik adalah emosi...
Yang jatuh adalah citra dan jati diri kita...
Tidak ada artinya kita menang dalam perselisihan...

Kemenangan sesungguhnya adalah ketika kita mampu menundukkan ego diri sendiri.
Mengalah sampai tidak ada yang dapat mengalahkan...
Karena yang kalah ego sendiri...
SehinΔ£ga kita tidak terjajah oleh keadaan apapun...

Apabila menerima teguran, tidak usah terus melenting atau berkelit, bersyukurlah, masih ada yang mau menegur kesalahan kita...
Berarti masih ada orang yang memperhatikan kita...

Jaga selalu kekompakan dalam kebersamaan...
Jaga lisan, perbuatan dan tulisan agar tidak ada hati yang tersakiti...

Semoga kita dapat menjaga ego dan emosi...
Dan selalu menjadi manusia yang pandai bersyukur...

Kamis, 05 Juli 2018

:: BADAI DALAM HIDUP ::


Seorang anak mengemudikan mobilnya bersama ayahnya. Setelah beberapa puluh kilometer, tiba-tiba awan hitam datang bersama angin kencang. Langit mendadak menjadi gelap. Beberapa kendaraan mulai
menepi dan berhenti.

“BAGAIMANA, Ayah? Apakah kita berhenti saja?,” Si anak bertanya.

“Teruslah.. !”, kata Ayah.
Anaknya TETAP menjalankan mobil. Langit makin gelap, angin bertiup kencang. Hujanpun mulai turun.

Beberapa pohon bertumbangan, bahkan ada yang diterbangkan angin. Suasana sangat menakutkan . Terlihat kendaraan-kendaraan besar juga mulai menepi dan berhenti.
“Bagaimana ini Ayah…?”
“TERUSLAH mengemudi!” kata Ayah sambil terus melihat ke depan.
Anaknya TETAP mengemudi, walau dengan bersusah payah.

Hujan lebat menghalangi pandangan hanya berjarak beberapa meter saja.

Si anak mulai ketakutan.
NAMUN... ia tetap mengemudi, walaupun dengan sangat perlahan.

Setelah melewati beberapa kilometer ke depan, dirasakannya hujan mulai
mereda & angin mulai berkurang. Setelah beberapa kilometer
berikutnya, sampailah mereka pada daerah yang kering dan matahari bersinar.

“Nah sekarang berhenti dan keluarlah,” kata sang Ayah.

“KENAPA sekarang?,” tanya si Anak.

“Agar kau BISA MELIHAT, bagaimana seandainya saat kita berhenti di tengah badai.”

Sang Anak berhenti dan keluar.

Dia melihat jauh di belakang sana badai masih berlangsung. Dia MEMBAYANGKAN orang-orang yang terjebak di sana.

Dia baru mengerti bahwa JANGAN PERNAH BERHENTI di tengah badai KARENA akan terjebak dalam ketidakpastian.

Jika kita sedang menghadapi “badai” kehidupan, TERUSLAH berjalan, JANGAN berhenti dan putus asa, karena kita akan tenggelam dalam keadaan yang terus menakutkan dan tak pasti.

LAKUKAN saja Apa yang dapat kita lakukan dan yakinkan diri bahwa BADAI PASTI BERLALU.
KITA tidak kan pernah berhenti tetapi maju terus, Karena kita yakin bahwa di depan sana Kepastian dan Kesuksesan ada untuk kita...

HIDUP TAK SELAMANYA BERJALAN MULUS!!!

BUTUH batu kerikil, supaya kita *BERHATI-HATI*..
BUTUH semak berduri, supaya kita *WASPADA*..
BUTUH Pesimpangan, supaya kita *BIJAKSANA* dalam *MEMILIH*..
BUTUH Petunjuk jalan, supaya kita punya *HARAPAN* tentang arah masa depan.

Hidup Butuh Masalah, supaya kita tahu kita punya *KEKUATAN*..

BUTUH Pengorbanan, supaya kita tahu cara *BEKERJA KERAS*..

BUTUH airmata, supaya kita tahu *MERENDAHKAN HATI*

BUTUH dicela, supaya kita tahu bagaimana cara *MENGHARGAI*..

BUTUH tertawa dan senyum, supaya kita tahu *MENGUCAPKAN SYUKUR*..

BUTUH Orang lain, supaya kita tahu kita *TAK SENDIRI*..


Jangan selesaikan *MASALAH* dengan mengeluh, berkeluh kesah, apalagi marah, Selesaikan saja dengan *sabar, bersyukur*, dan jangan lupa *TERSENYUM*.

Teruslah *MELANGKAH* walau mendapat *RINTANGAN*, Jangan takut
Saat tidak ada lagi *tembok* untuk bersandar, karena masih ada lantai untuk bersujud.

Perbuatan baik yang paling *sempurna* adalah perbuatan baik yang tidak terlihat, namun dapat dirasakan hingga jauh kedalam relung hati.

Jangan menghitung apa yang hilang, namun hitunglah apa yang tersisa.

Sekecil apapun penghasilan kita, pasti akan cukup bila digunakan untuk Kebutuhan Hidup.
Sebesar apapun penghasilan kita, pasti akan kurang bila digunakan untuk Gaya Hidup.

Tidak selamanya kata-kata yang indah itu benar, juga tidak selamanya kata-kata yang menyakitkan itu salah. Hidup ini terlalu singkat, lepaskan mereka yang menyakitimu, sayangi mereka yang peduli padamu. Dan berjuanglah untuk mereka yang berarti bagimu.

Bertemanlah dengan semua orang, tapi bergaulah dengan orang yang berintegritas dan mempunyai nilai hidup yang benar, karena pergaulan akan mempengaruhi cara kita hidup dan masa depan kita. Semoga bermanfaat.

Ungkapan Hati Nurani



S‎ebuah kapal pesiar mengalami kecelakaan di laut dan akan segera tenggelam.
Sepasang suami istri berlari menuju ke sekoci untuk menyelamatkan diri. ‎
Sampai di sana, mereka menyadari bahwa hanya ada tempat untuk satu orang yg tersisa.
Segera sang suami melompat mendahului istrinya utk mendapatkan tempat itu.
Sang istri hanya bisa menatap kepadanya sambil meneriakkan sebuah kalimat sebelum sekoci menjauh dan kapal itu benar2 tenggelam.‎
Guru yg menceritakan kisah ini bertanya pada murid2nya, “Menurut kalian, apa yg istri itu teriakan sebelum ia tenggelam?”
Sebagian besar murid2 itu menjawab,
“Aku benci kamu!”
“Kamu tau aku buta!!”
“Kamu egois!”
"Nggak tanggung jawab!"
“Nggak tau malu!”

Tapi ada seorang murid yg hanya diam saja. Guru itu meminta murid yg diam saja itu menjawab.
Murid itu menjawab “Guru, saya yakin si istri pasti berteriak, ‘Tolong jaga anak kita baik-baik...’”‎
Guru itu terkejut dan bertanya, “Apa kamu sudah pernah dengar cerita ini sebelumnya?”
Murid itu menggeleng. “Belum pak. Tapi itu yg dikatakan oleh ibu saya sebelum dia meninggal karena penyakit kronis.”

Guru itu menatap seluruh kelas dan berkata, “Jawaban ini benar.”
"Kapal itu kemudian benar2 tenggelam dan sang suami pulang membesarkan dan mendidik anak mereka sendirian."
Bertahun2 kemudian setelah sang suami meninggal, anak itu menemukan buku harian ayahnya. Di sana dia menemukan kenyataan bahwa, saat orangtuanya naik kapal pesiar itu, mereka sudah mengetahui bahwa sang ibu menderita penyakit kanker ganas dan akan segera meninggal.
Karena itulah, di saat darurat itu, ayahnya memutuskan mengambil satu2nya kesempatan untuk bertahan hidup.
Dia menulis di buku harian itu, “Betapa aku berharap untuk mati di bawah laut bersama denganmu. Tapi demi anak kita, aku terpaksa dg hati menangis membiarkan kamu tenggelam sendirian untuk selamanya di bawah sana...”
Cerita itu selesai. Dan seluruh kelas pun terdiam.
Guru itu kemudian menjelaskan murid2nya hikmah dari cerita tsb.
Bahwa, kebaikan dan kejahatan di dunia ini tidak sesederhana yg kita sering pikirkan. Ada berbagai macam komplikasi dan alasan di baliknya yg kadang sulit dimengerti.

Karena itulah kita seharusnya jangan pernah melihat hanya luarnya saja dan kemudian langsung menghakimi, apalagi tanpa tahu apa-apa.

Mungkin...
Mereka yg sering membayar untuk orang lain, bukan berarti mereka kaya, tapi karena mereka menghargai hubungan daripada uang.
Mereka yg bekerja tanpa ada yg menyuruh, bukan karena mereka bodoh, tapi karena mereka menghargai konsep tanggung jawab.
Mereka yg mengulurkan tangan untuk menolongmu, bukan karena mereka merasa berhutang, tapi karena menganggap kamu adalah sahabat.
Mereka yg sering mengontakmu, bukan karena mereka tidak punya kesibukan, tapi karena kamu ada di dalam hatinya.

Mereka yg minta maaf duluan bukan berarti mereka salah dan yg lainnya benar, tapi karena hatinya bernilai lebih tinggi dari egonya.
Mereka yang memperlihatkan kekesalan kepada kamu walaupun kamu patut mendapatkannya, bukan karena mereka membencimu, tapi karena mengharapkan kamu bisa berpikir dan bertindak lebih bermanfaat bagi banyak orang.

Selasa, 03 Juli 2018

Memandang ke dalam diri

Seorang Guru Sufi ditanya tentang 2 keadaan manusia:

1. Manusia rajin sekali ibadahnya, namun sombong, angkuh dan selalu merasa suci.

2. Manusia yang sangat jarang ibadah, namun akhlaknya begitu mulia, rendah hati, santun, lembut dan cinta dengan sesama.

Lalu Sang Guru Sufi menjawab:

“Keduanya baik;”

Boleh jadi suatu saat si ahli ibadah yang sombong menemukan kesadaran tentang akhlaknya yang buruk dan dia bertaubat lalu ia akan menjadi pribadi yang baik lahir dan batinnya.

Dan yang kedua bisa jadi sebab kebaikan hati-nya, Allah akan menurunkan hidayah lalu ia menjadi ahli ibadah yang juga memiliki kebaikan lahir dan batin.

Kemudian orang tersebut bertanya lagi, “lalu siapa yang tidak baik kalau begitu…???”

Sang Guru Sufi menjawab:

“Yang tidak baik adalah kita, orang ketiga yang selalu mampu menilai orang lain, namun lalai dari menilai diri sendiri“.

— Jalaludin Rumi —

Pitutur luhur.

15 Filosofi Hidup
Orang Jawa dan Maknanya

Indonesia merupakan negara majemuk dan tentunya banyak suku di Indonesia punya falsafahnya masing-masing termasuk budaya Jawa. Dalam berfilosofi, orang Jawa seringkali menggunakan unen-unen  (peribahasa) untuk menata hidup manusia.


Makna dari ungkapan-ungkapan Jawa ini seringkali tidak dipahami oleh sebagian besar keturunan etnis Jawa di era modern ini. Maka tidak salah, jika muncul sebutan, “Wong Jowo sing ora njawani”.

Filosofi Jawa dinilai sebagai hal yang kuno, ndeso dan ketinggalan jaman. Padahal, filosofi leluhur tersebut berlaku terus sepanjang hidup. Warisan budaya pemikiran orang Jawa ini bahkan mampu menambah wawasan kebijaksanaan dan mengajarkan hidup kita agar  senantiasa “Eling lan Waspodo”.



Berikut kumpulan falsafah beserta arti penjelasannya yang menjadi pedoman hidup masyarakat Jawa:
1. Urip Iku Urup (Hidup itu Nyala),
Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik, tapi sekecil apapun manfaat yang dapat kita berikan, jangan sampai kita menjadi orang yang meresahkan masyarakat.
"Ojo neko-neko lamun ora pengen dineko-neko"

2. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara
Maksunya Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak).
"Perangono nepsumu dewe"

3. Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti
Artinya segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar.
"Apapun dapat diselesaikan ilmu ghaib"

4. Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji.Sugih Tanpa Bandha.
Artinya Berjuang tanpa perlu membawa massa,Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan. Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan, kekayaan atau keturunan, Kaya tanpa didasari kebendaan.
"Amal tanpa ilmu cilaka,ilmu tampa amal ora guna"

5. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan
Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.
"Ngilangake rasa rumangsa"

6. Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman
Jangan mudah terheran-heran, Jangan mudah menyesal, Jangan mudah terkejut- kejut, Jangan mudah kolokan atau manja.
"Jangan terburu buru menilai sesuatu"

7. Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi.
"Jangan terburu nafsu"

8. Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka
Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah, jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.

9. Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo.
Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat.

10. Aja Adigang, Adigung, Adiguno
Maksudnya adalah Jaga kelakuan / tatakrama, jangan sombong dengan kekuatan, kedudukan, ataupun latarbelakangmu.

11. Alon-alon waton klakon
Filosofi ini sebenarnya berisikan pesan tentang safety/keselamatan. Padahal kandungan maknanya sangat dalam. Filosofi ini mengisyaratkan tentang kehati-hatian, waspada, istiqomah, keuletan, dan yang jelas tentang safety.

12. Nerimo ing pandum.
Makna dari kata tersebut mengandung Arti yang mendalam menunjukan pada sikap Kejujuran, keiklasan, ringan dalam bekerja dan ketidakinginan untuk korupsi.
Inti filosofi ini adalah Orang harus iklas menerima hasil dari usaha yang sudah dia kerjakan.

13. Saiki jaman edan yen ora edan ora komanan, sing bejo sing eling lan waspodo.
Artinya sekarang zaman edan, yang gak enda gak bakal kebagian; Hanya orang yang ingat kepada Allah yang beruntung. disini saja juga tidak cukup dan waspada terhadap duri-duri kehidupan yang setiap saat bisa datang dan menghujam kehidupan, sehingga bisa mengakibatkan musibah yang berkepanjangan.

14. Mangan ora mangan sing penting ngumpul.
Artinya Makan tidak makan yang terpenting adalah dapat berkumpul (kebersamaan).
Filosofi ini adalah sebuah peribahasa. Kalimat peribahasa tidaklah tepat kalau diartikan secara aktual. Filosofi ini sangat penting bagi kehidupan berdemokrasi. Kalau bangsa kita mendasarkan demokrasi dengan falsafah diatas saya yakin negara kita pasti akan aman, tentram dan sejahtera. Istilah "Mangan ora mangan" melambangkan eforia demokrasi, yang mungkin satu pihak mendapatkan sesuatu (kekuasaan) dan yang lain pihak tidak. Yang tidak dapat apa-apa tetap legowo atau menerima dengan lapang dada.

Dan kata dari "Sing penting ngumpul" melambangkan berpegang teguh pada persatuan, yang artinya bersatu untuk tujuan bersama.

Filosofi dari kalimat peribahasa "Mangan ora mangan sing penting kumpul" adalah filosofi yang cocok yang bisa mendasari kehidupan demokrasi bangsa Indonesia agar tujuan bangsa ini tercapai.

15. Wong jowo iki gampang di tekuk - tekuk.
Filosofi ini juga berupa ungkapan peribahasa yang dalam bahasa Indonesia adalah 'Orang Jawa itu mudah ditekuk-tekuk'. Ungkapan ini menunjukan fleksibelitas dari orang jawa dalam kehidupan. Kemudahan bergaul dan kemampuan hidup di level manapun baik miskin, kaya, pejabat atau pesuruh sekali pun. Orang yang memegang filosofi ini akan selalu giat bekerja dan selalu ulet dalam meraih cita-citanya.

Itulah beberapa pandangan hidup, pedoman dan prinsip yang diterapkan sejak dahulu yang biasa menjadi nasehat orang jawa meskipun kini semakin luntur dimakan zaman.
Semoga kita sebagai generasi penerus tidak serta merta melupakan budaya luhur kita.

RahayuπŸ™πŸ™πŸ™πŸ™πŸ™

Senin, 02 Juli 2018

Menabur bunga ke luar diri atau menanam bunga ke dalam diri.

Filosofi Bunga dalam Budaya Jawa | Kembang Setaman

 Kembang atau bunga. Bermakna filosofis agar kita dan keluarga senantiasa mendapatkan “keharuman” dari para leluhur.
Keharuman merupakan kiasan dari berkah-safa’at yang berlimpah dari para leluhur, dapat mengalir (sumrambah) kepada anak turunnya. Masyarakat jawa mempunyai adat dan tradisi yang kuat, misalnya saat punya gawe/hajatan, ada rangkaian upacara adat yang dilaksanakan, tak lupa menyertakan berbagai aneka Ubo rampe seperti kembang setaman, nyambung tuwuh nyiram tuwuh dan lain-lainya.

 Sebagai generasi jawa tentunya kita juga punya kewajiban moral untuk ikut melestarikan budayajawa yang terkenal adiluhung, nguri-uri kabudayan jowo, kalau bukan kita lalu siapa lagi?memang tidak semua produk budaya nenek moyang itu bagus, akan tetapi banyak warisan yang layak untuk dilestarikan, supaya tidak ribut2 setelah budaya kita diklaim oleh negeri sebelah, baru ingat dan tersadar akan warisan budaya sendiri.

Budaya adalah alat interaksi sosial yang efektif. Budaya/adat istiadat dan keyakinan/agama itu berbeda, jadi tidak ada pertentangan antara agama (dalam hal ini agama Islam sebagai agama mayoritas di Jawa) dan budaya/adat Jawa.
Sepanjang ruh dari budaya tersebut berisi akidah islam sebagaimana diajarkan para wali-wali di tanah jawa sejak jaman dulu. Ibaratnya agama/spiritualitas adalah isi, sedang budaya/adat-istiadat adalah wadahnya, seperti air ia bisa berbentuk gelas bila dituang dalam gelas, bisa berbentuk teko bila dituang dalam teko.

Demikian juga agama Islam, ia bisa menjadi ruh/isi bagi budaya/adat istiadat dimanapun, tanpa harus mengeliminasi budaya tersebut dengan budaya arab. Hal ini bisa kita lihat dalam budaya bersih Desa tasyakuran memanjatkan puja-dan puji pada Tuhan YME, menjaga harmoni dengan alam serta menjalin talisilaturrahmi sesama manusia.

Ada juga prosesi perkawinan jawa yang sarat makna dan simbol, menyertakan berbagai uborampe yang juga mengandung makna filosofi, contohnya uborampe bunga.

Bunga adalah salah satu perlengkapan yang penting dalam upacara adat jawa, jadi ketika para pakar marketing di barat mengenalkan bunga sebagai simbol komunikasi sosial yang efektif melalui ungkapan ”say it with flower” maka nenek moyang kita jauh sebelumnya sudah memperkenalkan bunga dalam kebudayaannya.

 Bunga Selain mempunyai nilai seni juga mengandung makna filosofi yang tinggi.Kembang SetamanUborampe ini sangat fleksibel,cakupannyaluasdan dimanfaatkan dalam berbagai acara ritusdan kegiatan spiritual.Kembang setaman versiJawa terdiri dari beberapa jenis bunga. Yakni, mawar, melati, kanthil, dan kenanga. Lihat dalam gambar.Adapun makna-makna bunga tersebut yang sarat akan makna filosofis adalah sbb :

1.Kembang KANTHIL,

singkatan dari KANTHI LAKU TANSAH KUMANTHIL Simbol pepeling/pengingat bahwa untuk meraih ngelmu iku kalakone kanthi laku.Maksudnya, untuk meraih ilmu spiritual serta meraih kesuksesan lahir dan batin, setiap orang tidak cukup hanya dengan memohon-mohon doa.

Kesadaran spiritual tak akan bisa dialami secara lahir dan batin tanpa adanya penghayatan akan nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari (lakutama atau perilaku yang utama).

Bunga kanthil berarti pula, adanya tali rasa, atau tansah kumanthil-kanthil, yang bermakna Kumanthil pula pengabdian yang mendalam tiada terputus. Yakni mencurahkan kasih sayang dan manfaat kepada seluruh makhluk, kepada kedua orang tuanya dan para leluhurnya,

2.Kembang MLATHI,

singkatan dari RASA MELAT SAKA NJERO ATI. Artinya adalah dalam berucap dan berbicara hendaknya kita selalu mengandung ketulusandari hati nurani yang paling dalam.

Lahir dan batin haruslah selalu sama, menolak kemunafikan. Artinya menolak ucapan yang sekedar “abang2 lambe” mung kanggo panthes2an wae.

Bahkan di Padepokan sufi di kota penulis terpampang plakat sebagai pepeling yang berbunyi BIASAKNO KULINAKNO PANGUCAPMU PODO KARO ISINE ATIMU artinya biasakanlah berbicara jujur sesuai nuranimu.

Meskipun karena kejujuran itu engkau ditertawakan sebagai manusia culun, lugu dan bodoh. Tetapi engkau akan memperoleh derajat tinggi di hadapan Allah SWT dan didalam hati nurani seluruh mahluk di muka bumi.

3. Kembang KENANGA,

 Keneng-a! Capailah segala keluhuran yang telah dicapai oleh para pendahulu. Berarti generasi penerus seyogyanya mencontoh perilaku yang baik dan prestasi tinggi yang berhasil dicapai para leluhur semasa hidupnya.

Kenanga, kenang-en ing angga. Bermakna filosofis agar supaya anak turun selalu mengenang warisan leluhur tradisi, kesenian, kebudayaan, filsafat, dan lain yang baik-baik

4. Kembang MAWAR,

 Mawi-Arsa Dengan kehendak atau niat. Menghayati nilai-nilai luhur hendaknya dengan niat. Mawar, atau awar-awar ben tawar.

Buatlah hati menjadi “tawar” alias jembaring ati atau mampu mewadahi segala cobaan hidup. Jadi niat tersebut harus berdasarkan ketulusan, menjalani segala sesuatu tanpa pamrih (ihlas), dan menerima cobaan hidup dengan ikhlas.

-Mawar Merah

Mawar melambangkan proses terjadinyaatau lahirnya diri kita ke dunia fana. Yakni lambang dumadine jalma menungsamelalui langkahTriwikrama.

 Mawar merah melambangkan ibu. Ibu adalah tempat per-empu-an didalam mana jiwa-raga kita diukir. Dalam bancakan weton dilambangkan juga berupa bubur merah (bubur manis gula jawa).

-Mawar Putih

Mawar putih adalah perlambang dari bapa yang meretas roh kita menjadi ada.

Dalam lingkup makrokosmos, Bapanya adalah Bapa langit, Ibunya adalah Ibu Bumi. Bapanya jiwa bangsa Indonesia, Ibunya adalah nusantara Ibu Pertiwi.  Keduanya mencetak “pancer” atau guru sejati kita. Maka, pancer kita adalah pancerku kang ana sa ngisore langit, lan pancerku kang ana sa nduwure bumi.

Sang Bapa dalam bancakan weton dilambangkan pula berupa bubur putih(santan kelapa). Lalu kedua bubur merah dan putih, disilangkan, ditumpuk, dijejer, merupakan lambang dari percampuran raga antara Bapa dan Ibu. Percampuran ragawi yang diikat oleh rasa sejati, dan jiwa yang penuh cinta kasih yang mulia, sebagai pasangan hidup yang seiring dan sejalan. Perpaduan ini diharapkan menghasilkan bibit regenerasi yang berkwalitas unggul.

 Dalam jagad makro, keselarasan dan keharmonisan antara bumi dan langit menjadukan keseimbangan alam yang selalu melahirkan berkah agung, berupa ketentraman, kedamaian,kebahagiaan kepada seluruh penghuninya.

Melahirkan suatu negeri yang tiada musibah dan bencana, subur makmur, gemah ripah loh jinawi, tata titi tentrem kerta raharja.

Kembang TelonTerdiri tiga macam bunga. Bisa menggunakan bunga mawar putih, mawar merah, dan kanthil. Atau mawar, melati, kenanga. Atau mawar, melati, kantil.

Telon berasal dari kata telu (tiga). Dengan harapan agar meraih tiga kesempurnaan dan kemuliaan hidup (tri tunggal jaya sampurna).Sugih banda, sugih ngelmu, sugih kuasa.

Kembang Boreh,
 PutihanTerdiri dari tiga macam bunga yang berwarna putih. Yakni kanthil, melati, dan mawar putih. Ditambah dengan “boreh” atau parutan terdiri dua macam rempah;dlingodanbengle. Agar segala sesuatu selalu dalam tindak tanduk, perilaku yang suci murni. Karena putih di sini melambangkan kesucian dan ketulusan hati. Kembang telon bermakna pula sebagai pengingat agar supaya kita selalu eling dan waspada.

Kembang Tujuh Rupa
Berupa kembang setaman ditambah jenis bunga-bunga lainnya sampai berjumlah 7 macam. Lebih sempurna bila di antara kembang tersebut terdapat kembangwora-wari bang. Atau sejenis bunga sepatu yang wujudnya tidak mekar, tetapi bergulung/gilig memanjang (seperti gulungan bulat memanjang berwarna merah).
Ciri lainya jika pangkal bunga dihisap akan terasa segar manis.

Kembang tujuh rupa, dimaksudkan supaya apa yang sedang menjadi tujuan hidupnya dapat terkabul dan terlaksana.

 Tujuh (Jawa;pitu) bermakna sebuah harapan untuk mendapatkan pitulungan atau pertolongan dari tuhan yang Maha kuasa.
Rujak Degan Atau rujak kelapa muda. Degan supaya hatinya legan, legowo. Seger sumringah,segar bugar dengan hati yang selalu sumeleh, lega lila lan legawa. Hatinya selalu berserah diri pada tuhan, selalu sabar, dan tulus.

Dlingo dan Bengle
Keduanya termasuk rempah-rempah, atau empon-empon.
 Bengle bentuk luarnya mirip jahe. Tetapi baunya sangat menyengat dan bisa membuat puisng. Sedangkan dalamnya berwarna kuning muda. Karena baunya yang mblenger sehingga di Indonesia jenis rempah ini tidak digunakan sebagai bumbu masak.

Sebaliknya di negeri Thailand rempah ini termasuk sebagai bumbu masak utama. Entah apa sebabnya, bengle dan dlingo merupakan rempah yang sangat tidak disukai oleh bangsa lelembut.

 Sehingga masyarakat Jawa sering memanfaatkannya sebagai sarana penolak bala atau gangguan berbagai makhluk halus.
Anda dapat membuktikannya secara sederhana. Bila ada orang gila yang dicurigai karena ketempelan makhluk halus, atau jika ada seseorang sedang kesurupan, coba saja anda ambil bengle, atau parutan bengle, lalu oleskan di bagian tubuhnya mana saja, terutama di bagian tengkuk. Anda akan melihat sendiri bagaimana reaksinya.
Biasanya ia akan ketakutan atau berteriak histeris lalu sembuh dari kesurupan.

Dalam tradisi Jawa, jika ada orang meninggal dunia biasanya disiapkan parutan bengle dicampur dengan sedikit air digunakan sebagai pengoles bagian belakang telinga.Gunanya untuk menangkal sawan.

Dlingo bengle, walaupun keduanya sangat berbeda bentuk dan rupanya, tetapi baunya seolah matching, sangat serasi dan sekilas baunya hampir sama.

 Dlingo dan bengle bermanfaat pula sebagai sarana memasaang pagar gaib di lingkungan rumah tinggal.

Dengan cara; dlingo dan bengle ditusuk bersama seperti sate, lalu di tanam di setiap sudut pekarangan atau rumah.

Begitulah pelajaran berharga yang kini sering dianggap remeh bagi yang merasa diri telah suci dan kaya pengetahuan.

 Di balik semua itu sungguh memuat nilai adiluhung sebagai “pusaka” warisan leluhur, nenek moyang kita, nenek moyang bangsa ini sebagai wujud sikapnya yang bijaksana dalam memahami jagad raya dan segala isinya.

Doa tak hanya diucap dari mulut. Tetapi juga diwujudkandalam bergai simbol dan lambang supaya hakekat pepeling ajaran yang ada di dalamnya mudah diingat-ingat untuk selalu dihayati dalam perilaku kehidupan sehari-hari.

 Ajaran adiluhung yang di dalamnya penuh arti, sarat dengan filsafat kehidupan. Kaya akan makna alegoris tentang moralitas dan spiritualitas dalam memahami jati diri alam semesta, jagad nusantara, serta jagad kecil yang ada dalam diri kita pribadi.





Pencarian ke Diri

 Falsafah Jawa Untuk Mencapai Kesempurnaan Hidup

Sebagai orang keturunan jawa, sedikit kami akan mengupas makna aksara jawa sebagai filsafah hidup, suatu upaya kami untuk melestarikan ajaran para pendahulu, sebagai balas budi dan darma bakti kami kepada beliau atas ajarannya akan sebuah arti hidup, lewat karyanya yang sangat besar ini.

Leluhur masyarakat Jawa memiliki beraneka filosofi yang jika dicermati memiliki makna yang begitu dalam. Tetapi, anehnya filosofi yang diberikan oleh para leluhur itu saat ini dinilai sebagai hal yang kuno dan ketinggalan jaman. Padahal, filosofi leluhur tersebut berlaku terus sepanjang hidup. Dibawah ini ada beberapa contoh filosofi dari para leluhur/nenek moyang masyarakat Jawa.‎

"Dadio banyu, ojo dadi watu" (Jadilah air, jangan jadi batu).

Kata-kata singkat yang penuh makna. Kelihatannya jika ditelaah memang manungso kang nduweni manunggaling roso itu harus tahu bagaimana caranya untuk dadi banyu.

Mengapa kita manusia ini harus bisa menjadi banyu (air)? Karena air itu bersifat menyejukkan. Ia menjadi kebutuhan orang banyak. Makhluk hidup yang diciptakan GUSTI ALLOH pasti membutuhkan air. Nah, air ini memiliki zat yang tidak keras. Artinya, dengan bentuknya yang cair, maka ia terasa lembut jika sampai di kulit kita.

Berbeda dengan watu (batu). Batu memiliki zat yang keras. Batu pun juga dibutuhkan manusia untuk membangun rumah maupun apapun. Pertanyaannya, lebih utama manakah menjadi air atau menjadi batu? Kuat manakah air atau batu?

Orang yang berpikir awam akan menyatakan bahwa batu lebih kuat. Tetapi bagi orang yang memahami keberadaan kedua zat tersebut, maka ia akan menyatakan lebih kuat air. Mengapa lebih kuat air daripada batu? Jawabannya sederhana saja, Anda tidak bisa menusuk air dengan belati. Tetapi anda bisa memecah batu dengan palu.

Artinya, meski terlihat lemah, namun air memiliki kekuatan yang dahsyat. Tetes demi tetes air, akan mampu menghancurkan batu. Dari filosofi tersebut, kita bisa belajar bahwa hidup di dunia ini kita seharusnya lebih mengedepankan sifat lemah lembut bak air. Dunia ini penuh dengan permasalahan. Selesaikanlah segala permasalahan itu dengan meniru kelembutan dari air. Janganlah meniru kekerasan dari batu. Kalau Anda meniru kerasnya batu dalam menyelesaikan setiap permasalahan di dunia ini, maka masalah tersebut tentu akan menimbulkan permasalahan baru.

"Sopo Sing Temen Bakal Tinemu"

Filosofi lainnya adalah kata-kata "Sopo sing temen, bakal tinemu" (Siapa yang sungguh-sungguh mencari, bakal menemukan yang dicari). Tampaknya filosofi tersebut sangat jelas. Kalau Anda berniat untuk mencari ilmu nyata ataupun ilmu sejati, maka carilah dengan sungguh-sungguh, maka Anda akan menemukannya.

Namun jika Anda berusaha hanya setengah-setengah, maka jangan kecewa jika nanti Anda tidak akan mendapatkan yang anda cari. Filosofi di atas tentu saja masih berlaku hingga saat ini.

"Sopo sing kelangan bakal diparingi, sopo sing nyolong bakal kelangan"
(Siapa yang kehilangan bakal diberi, siapa yang mencuri bakal kehilangan).

Filosofi itupun juga memiliki kesan yang sangat dalam pada kehidupan. Artinya, nenek moyang kita dulu sudah menekankan agar kita tidak nyolong (mencuri) karena siapapun yang mencuri ia bakal kehilangan sesuatu (bukannya malah untung).

Contohnya, ada orang yang dicopet. Ia akan kehilangan uang yang dimilikinya di dalam dompetnya. Tetapi GUSTI ALLOH akan menggantinya dengan memberikan gantinya pada orang yang kehilangan tersebut. Tetapi bagi orang yang mencopet dompet tersebut, sebenarnya ia untung karena mendapat dompet itu. Namun,ia bakal dibuat kehilangan oleh GUSTI ALLOH, entah dalam bentuk apapun.

Dari filosofi tersebut, Nenek moyang kita sudah memberikan nasehat pada kita generasi penerus tentang keadilan GUSTI ALLOH itu. GUSTI ALLOH itu adalah hakim yang adil.

Falsafah Huruf Jawa

Ha-Na-Ca-Ra-Ka berarti ada "utusan" yakni utusan hidup, berupa nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasat manusia. Maksudnya ada yang mempercayakan, ada yang dipercaya dan ada yang dipercaya untuk bekerja. Ketiga unsur itu adalah Tuhan, manusia dan kewajiban manusia (sebagai ciptaan).

Da-Ta-Sa-Wa-La berarti manusia setelah diciptakan sampai dengan data (saatnya dipanggil) "tidak boleh sawala" (mengelak) manusia dengan segala atributnya harus bersedia melaksanakan, menerima dan menjalankan kehendak Tuhan.

Pa-Dha-Ja-Ya-Nya berarti menyatunya zat pemberi hidup (Khalik) dengan yang diberi hidup (makhluk). Maksdunya padha " sama " atau sesuai, jumbuh, cocok, tunggal batin yang tercermin dalam perbuatan berdasarkan keluhuran dan keutamaan. Jaya itu "menang, unggul" sungguh-sungguh dan bukan menang-menangan,sekedar menang atau menang tidak sportif.

Ma-Ga-Ba-Tha-Nga berarti menerima segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Maksudnya manusia harus pasrah, sumarah pada garis kodrat, meskipun manusia diberi hak untuk mewiradat, berusaha untuk menanggulanginya.

MAKNA HURUF

Ha : Hana hurip wening suci (Adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci)
Na : Nur candra, gaib candra, warsitaning candara (Pengharapan manusia hanya selalu ke sinar Illahi)
Ca : Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi (Arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal)
Ra : Rasaingsun handulusih (Rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani)
Ka : Karsaningsun memayuhayuning bawana (Hasrat diarahkan untuk kesajetraan alam)
Da : Dumadining dzat kang tanpa winangenan (Menerima hidup apa adanya)
Ta : Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa (Mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup)
Sa : Sifat ingsun handulu sifatullah (Membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan)
Wa : Wujud hana tan kena kinira (Ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas)
La : Lir handaya paseban jati (Mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi)
Pa : Papan kang tanpa kiblat (Hakekat Allah yang ada disegala arah)
Dha : Dhuwur wekasane endek wiwitane (Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar)
Ja : Jumbuhing kawula lan Gusti (Selalu berusaha menyatu, memahami sifat dan kehendak-Nya)
Ya : Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi (Percaya dan Yakin atas titah/kodrat Illahi)
Nya : Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki (Memahami kodrat kehidupan)
Ma : Madep mantep manembah mring Ilahi (Yakin/mantap dalam menyembah Ilahi)
Ga : Guru sejati sing muruki (Belajar pada guru nurani)
Ba : Bayu sejati kang andalani (Menyelaraskan diri pada gerak alam)
Tha : Tukul saka niat (Sesuatu harus dimulai dan tumbuh dari niat yang suci)
Nga : Ngracut busananing manungso (Melepaskan egoisme pribadi manusia)

Adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci - pengharapan manusia hanya selalu ke sinar Illahi - satu arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal - rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani - hasrat diarahkan untuk kesajetraan alam - menerima hidup apa adanya - mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup - membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan - ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas - mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi - Hakekat Allah yang ada disegala arah - Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar - selalu berusaha menyatu, memahami sifat dan kehendak Nya – percaya dan yakin atas titah / kodrat Illahi - memahami kodrat kehidupan - yakin/mantap dalam menyembah Ilahi - belajar pada guru nurani - menyelaraskan diri pada gerak alam - sesuatu harus dimulai - tumbuh dari niat yang suci - melepaskan egoisme pribadi manusia.

Hanacaraka atau dikenal dengan nama caraka adalah abjad/alat tulis yang digunakan oleh suku Jawa (juga Madura, Sunda, Bali, Palembang, dan Sasak). Aksara Jawa bila diamati lebih lanjut memiliki sifat silabik (kesukukataan). Hal ini bisa dilihat dengan struktur masing-masing huruf yang paling tidak mewakili 2 buah huruf (aksara) dalam huruf latin. Sebagai contoh aksara Ha yang mewakili dua huruf yakni H dan A, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata "hari". Aksara Na yang mewakili dua huruf yakni N dan A, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata "nabi". Beberapa buah aksara itu bisa digabungkan secara langsung untuk membentuk sebuah kata.

Bila diucapkan, susunan aksara tersebut dapat membentuk kalimat :
Hana Caraka (Terdapat Pengawal);
Data Sawala (Berbeda Pendapat);
Padha Jayanya (Sama kuat/hebatnya);
Maga Bathanga (Keduanya mati).

Aksara Jawa, merupakan salah satu peninggalan budaya yang tak ternilai harganya. Bentuk aksara dan seni pembuatannya pun menjadi suatu peninggalan yang patut untuk dilestarikan. Tak hanya di Jawa, aksara Jawa ini rupanya juga digunakan di daerah Sunda dan Bali, walau memang ada sedikit perbedaan dalam penulisannya. Namun sebenarnya aksara yang digunakan sama saja. Demikian kurang lebih arti dan makna yang tekandung dalam Filsafat aksara jawa.


DALAM berfilosofi, orang Jawa seringkali menggunakan unen-unen untuk menata hidup manusia. Makna dari ungkapan-ungkapan Jawa ini seringkali tidak dipahami oleh sebagian besar keturunan etnis Jawa di era modern ini. Maka tidak salah, jika muncul sebutan, "Wong Jowo sing ora njawani".

Filosofi Jawa dinilai sebagai hal yang kuno dan ketinggalan jaman. Padahal, filosofi leluhur tersebut berlaku terus sepanjang hidup. Warisan budaya pemikiran orang Jawa ini bahkan mampu menambah wawasan kebijaksanaan.
Berikut 10 dari sekian banyak falsafah yang menjadi pedoman hidup orang Jawa.

1. Urip Iku Urup
Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik.

2. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara
Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak.

3. Sura Dira Jaya Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti
segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar.

4. Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha
Berjuang tanpa perlu membawa massa. Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan. Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan,kekayaan atau keturunan. Kaya tanpa didasari kebendaan.

5. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan
Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri. Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.

6. Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman
Jangan mudah terheran-heran. Jangan mudah menyesal. Jangan mudah terkejut-kejut. Jangan mudah ngambeg, jangan manja.

7. Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi.

8. Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka‎
Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah. Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.


9. Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo
Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat.

10. Aja Adigang, Adigung, Adiguna
Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti.

DALAM ngelmu, seseorang dituntut untuk menggunakan pikirannya untuk membaca dan memahami apa-apa yang ada di sekelilingnya. Ketika seseorang meguru atau berguru pada orang yang sudah mumpuni dalam hal ilmu rasa, maka dia harus ‘menggerakkan’ otaknya untuk memahami apa yang ada di alam semesta ini. Artinya, alam semesta ini ‘dibaca’ dan diartikan sendiri apa yang menjadi makna sejatinya.

Ki Ageng Selo yang kondang namanya lantaran mampu menangkap petir pun pernah berguru pada Kanjeng Sunan Kalijogo. Salah satu wejangan dari Kanjeng Sunan Kalijogo terhadap Ki Ageng Selo adalah tentang Pacul. Ketika itu Kanjeng Sunan Kalijogo menyuruh Ki Ageng Selo untuk ‘membaca’ Pacul.

Pacul atau cangkul adalah salah satu alat yang merupakan senjata para petani. Senjata ini digunakan para petani untuk mengolah lahan pertanian. Tampaknya memang sederhana, Pacul. Tapi makna yang terkandung di dalamnya sangatlah tinggi.

Dari wejangan Kanjeng Sunan Kalijogo terhadap Ki Ageng Selo, Pacul atau cangkul itu terdiri dari 3 bagian. Ketiga bagian tersebut adalah: Pacul (bagian yang tajam untuk mengolah lahan pertanian), Bawak (lingkaran tempat batang doran), dan Doran (batang kayu untuk pegangan cangkul).

Menurut wejangan Kanjeng Sunan Kalijogo, sebuah pacul yang lengkap, tidak akan dapat berdiri sendiri-sendiri. Ketiga bagian tersebut harus bersatu untuk dapat digunakan oleh petani. Apa sebenarnya arti dari Pacul, Bawak dan Doran itu?

* Pacul. Memiliki arti “ngipatake barang kang muncul“
Artinya, menyingkirkan bagian yang mendugul atau bagian yang tidak rata. Dari alat Pacul tersebut setidaknya bisa diartikan bahwa kita manusia ini harus selalu berbuat baik dengan menyingkirkan sifat-sifat yang tidak rata, seperti ego yang berlebih, cepat marah, mau menang sendiri dan sifat-sifat jelek kita lainnya yang dikatakan ‘tidak rata’.

* Bawak. Memiliki arti “obahing awak“.
Arti obahing awak adalah gerak tubuh. Maksudnya, kita manusia hidup ini diwajibkan untuk berikhtiar mencari rezeki dari GUSTI ALLOH guna memenuhi kebutuhan hidup. Disamping itu, arti ikhtiar tersebut juga bukan hanya berarti mencari rezeki semata, tetapi juga ikhtiar untuk senantiasa “manembah GUSTI ALLOH tan kendhat Rino Kelawan Wengi” (menyembah GUSTI ALLOH siang maupun malam).

* Doran. Memiliki arti “Dongo marang Pengeran” ada juga yang mengartikan “Ojo Adoh Marang Pengeran“. Arti “Dongo Marang Pengeran” adalah doa yang dipanjatkan pada GUSTI ALLOH. Pengeran berasal dari kata GUSTI ALLOH kang dingengeri (GUSTI ALLOH yang diikuti). Sedangkan “Ojo Adoh Marang Pengeran” memiliki arti janganlah kita manusia ini menjauhi GUSTI ALLOH. Manusia harus senantiasa wajib ingat dan menyembah GUSTI ALLOH, bukan menyembah yang lain.

Ketiga bagian Pacul tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan. Kalau digabung, maka ketiganya memiliki arti, manusia hendaknya mampu menyingkirkan sifat-sifat buruknya, berikhtiar untuk mencari rezeki GUSTI ALLOH dan tidak melupakan untuk selalu berdoa dan menyembah GUSTI ALLOH. Bukankah kini kita mengetahui bahwa benda Pacul itu memiliki nilai filsafat yang tinggi?

Nguri uri budaya Jawi

 Falsafah Jawa Dalam Konsep Kehidupan

JAWA dan kejawen seolah tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Kejawen bisa jadi merupakan suatu sampul atau kulit luar dari beberapa ajaran yang berkembang di Tanah Jawa, semasa zaman Hinduisme dan Budhisme. Dalam perkembangannya, penyebaran islam di Jawa juga dibungkus oleh ajaran-ajaran terdahulu, bahkan terkadang melibatkan aspek kejawen sebagai jalur penyeranta yang baik bagi penyebarannya. Walisongo memiliki andil besar dalam penyebaran islam di Tanah Jawa. Unsur-unsur dalam islam berusaha ditanamkan dalam budaya-budaya jawa semacam pertunjukan wayang kulit, dendangan lagu-lagu jawa , ular-ular ( putuah yang berupa filsafat), cerita-cerita kuno, hingga upacara-upacara tradisi yang dikembangkan,khususnya di Kerjaan Mataram (Yogya/Solo).

AJARAN FILSAFAT JAWA DALAM BERBAGAI ASPEK

Konsep tentang Ketuhanan (Tauhid)

“Pangeran iku ora ono sing podho. Mulo ojo nggambar-ngambarake wujuding Pangeran”.
Artinya : Tuhan itu tak ada yang bisa menyamainya. Oleh sebab itu jangan menggambar-gambarkan wujud Tuhan.

“Pangeran iku dudu dewo utowo manungso, nanging sekabehing kang ono iku, uga dewa lan manungso asale soko Pangeran”.
Artinya : Tuhan itu bukan dewa atau manusia, namun segala yang ada itu, termasuk dewa dan manusia itu berasal dari Tuhan.

“Pangeran iku biso ngawohi kahanan opo wae tan keno kinoyo ngopo”.
Artinya: Tuhan itu bisa mengubah segalanya tanpa mungkin dapat diperkirakan manusia.

“Pengeran iku kuwoso tanpo piranti, mulo soko kuwi ojo darbe pengiro yen manungso iku biso dadi wakiling Pangeran”.
Artinya: Tuhan itu berkuasa tanpa menggunakan alat pelengkap apa pun, oleh sebab itu jangan beranggapan manusia itu dapat mewakili Tuhan.

“Pangeran biso ngerusak kahanan kang wis ora diperlokake, lan biso gawe kahanan anyar kang diperlokake”.
Artinya: Tuhan itu bisa merusak sesuatu yang tidak diperlukan, dan bisa menciptakan sesuatu yang baru yang diperlukan.

“Ora ono kesakten sing mandhi papesthen, awit papesthen iku wis ora ono sing biso murungake”.
Artinya: Tidak ada kesaktian yang bisa menyamai kepastian Tuhan, karena tidak ada yang dapat menggagalkan kepastian Tuhan.

“Owah ono gingasring kahanan iku soko kersaning Pangeran Kang Murbahing Jagad”.
Artinya: Perubahan itu hanya atas kehendak Tuhan Yang Menguasai Jagad (Alam Semesta).

Konsep tentang Hubungan Tuhan dan Manusia

“Weruh marang Pangeran iku ateges wis weruh marang awake dhewe. Lamun durung weruh awake dhewe, tangeh lamun weruh marang Pangeran”.
Artinya: Mengakui adanya Tuhan berarti sudah mengenal dirinya sendiri. Jikalau belum mengetahui dirinya sendiri, mustahil dapat mengenal Tuhan.

“Gusti iku sambatan naliko siro lagi nandhang kasengsaraan. Pujinen yen siro lagi nompo kanugerahing Gusti”.
Artinya: Sebutlah nama Tuhan jika engkau sedang menderita sengsara. Bersyukurlah pada-Nya jika engkau mendapat anugerah.

“Gusti iku dumunung ono jeneng siro pribadi, dene ketemune Gusti lamun siro tansah eling”.
Artinya: Tuhan itu ada dalam dirimu sendiri, dan pertemuan dengan-Nya akan terjadi jika engkau senantiasa ingat kepada-Nya.

“Ojo lali saben ari eling marang Pangeran niro. Jalaran sejatine siro iku tansah katunggon Pangeraniro”.
Artinya: Jangan lupa setiap hari untuk mengingat Tuhan. Sebab hakikatnya engkau selalu di jaga oleh Tuhanmu.

“Lamun ono jaman ora kepenak siro ojo lali nyuwun pangapuro marang Pangeran. Jalan Pangeraniro bakal aweh pitulungan”.
 Artinya: Jikalau mengalami keadaan (zaman) yang tidak enak, jangan lupa memohon ampun kepada Tuhan. Karena Tuhan akan memberi pertolongan-Nya kepadamu.

“Sing sopo nyembah lelembut iku keliru. Jalaran lelembut iku sejatine rowangiro, lan ora perlu disembah koyo dene menembah marang Pangeran”.
Artinya: Menyembah makhluk halus itu keliru. Sebab makhluk halus itu sebenarnya adalah temanmu, dan tidak perlu di sembah seperti Tuhan.

“Sing sopo seneng ngerusak katentremaning liyan bakal di bendu dening Pangeran lan dielehake dening tumindake dhewe”.
Artinya: Barang siapa suka merusak ketenteraman orang lain akan mendapatkan murka Tuhan, dan akan di gugat karena ulahnya sendiri.

Konsep tentang Hakekat Diri‎

“Lamun siro kepengin wikan marang alam jaman kelanggenan, siro kudu weruh alamiro pribadi. Lamun siro durung mikani alamiro pribadi adoh ketemune”.
Artinya: Jikalau engkau ingin mengetahui alam keabadian, engkau harus lebih dulu mengenali alam pribadimu. Kalau engkau belum mengetahui alam pribadimu, masih jauhlah alam keabadian itu dari dirimu.

“Lamun siro durung wikan kadangiro pribadi, cubo dulunen siro pribadi”.
Artinya: Jikalau engkau belum mengetahui alam pribadimu, maka tanyakanlah kepada yang mengetahuinya.

“Lamun siro wis mikani alamiro pribadi, alam jalan kalanggengan iku cedhak tanpo senggolan, adoh tanpo wangean”.
Artinya: Jikalau engkau telah mengetahui alam pribadimu, alam abadi akan menjadi dekat tanpa dengan menyentuhnya, jauh dari dirimu tanpa ada yang membatasinya.

“Lamun siro wis mikani alamiro pribadi, mara siro mulango marang wong kang durung wikan”.
Artinya: Jikalau engkau telah mengetahui alam pribadimu, hendaklah engkau mengajarkannya kepada yang belum mengetahui.

“Kadangiro pribadi ora bedo karo jeneng siro pribadi, gelem nyambut gawe”.
Artinya: Terkadang pribadimu itu tidaklah berbeda dengan dirimu sendiri, suka bekerja.

“Kahanan kang ono iki ora suwe. Mesthi ngalami owah gingsir. Mulo ojo lali marang sapadha-padhaning tumitah”.
Artinya: Keadaan yang ada ini tak akan lama. Pasti mengalami perubahan. Oleh karena itu jangan melupakan sesama makhluk hidup.

“Rame ing gawe, sepi ing pamrih”.
Artinya: Selalu rajin bekerja dan tidak mengharapkan pamrih.

“Kudu angon wektu”.
Artinya: Harus pandai memperhatikan suasana.

Konsep tentang Hidup

“Donya iki dalan iyo kudu diambah mesthine. Amanging dudu benere yen dirungkebana. Sing sopo ngambah dalan kudu sumurup kang ono ing ngarepa sanadyan diparanono mung bakal diliwati bae”.
Artinya: Dunia ini ibarat jalan yang harus ditempuh seperti semestinya. Tapi bukan kebenaran yang dituju. Siapa bakal menempuh jalan harus tahu yang di depannya, meskipun akan didatangi, hanya di lewati saja.

“Urip iku ing donya tan lami. Umpamane jibeng menyang pasar tan langgeng neng pada wae, tan wurung nuli mantuk raring wismane sangkane uni. Ing mengko ojo samar sangkan paranipun ing mengko podho weruh yen asale sangkan paran duking nguni ojo nganti kesasar”.
Artinya: Hidup di dunia ini tidak akan lama, ibarat manusia pergi ke pasar, akan segera kembali ke rumah asalnya tadi, karena itu jangan sampai ragu-ragu tehadap asal-usulnya, agar jangan sampai salah jalan.  Secara singkat, pesan ini mau menunjukkan bahwa di dunia ini hanya sekedar mampir ngombe (singgah untuk minum), karena suatu saat akan kembali kepada Tuhan.

“Sing sopo mung arep gawe seriking liyan, kuwi uga arep memahi ciloko”.
Artinya: Barang siapa yang membuat sakit hati orang lain, ia juga akan celaka.

“Sing sopo seneng udur, iku bakal keno bebendu dening Pangeran”.
Artinya: Barang siapa yang suka bertengkar, akan terkena amarah/hukuman Tuhan.

“Wani marang penggawe kang ora bener, kuwi kagolong titah kang ora becik tumindakake”.
Artinya: Berani menjalankan perbuatan yang tidak baik, itu tergolong makhluk yang tidak baik tabiatnya.

“Mungsuh sing wis nungkul ojo dipateni”.
Artinya: Musuh yang sudah menyerah jangan di bunuh.

Konsep tentang Keluarga‎

“Sing sopo mung arep oleh wae nanging emoh kangelan, iku aran wong kesed. Iku kabeh ojo ditiru, jalaran keluwargo lan bongso uga rugi”.
Artinya: Barang siapa yang hanya ingin enaknya saja, tapi tidak suka bekerja keras, itu orang yang malas. Itu semua jangan ditiru, sebab keluarga dan bangsa juga rugi.

“Wong tuwo kudu memulung kang prayogo marang putra wayah”.
Artinya: Orang tua harus mengajarkan yang baik dan pantas kepada anak cucunya.

“Anane keluwargo apik margo wong-wonge becik. Mulo ojo darbe pengiro lamun wong-wonge podho olo kaluwargane bisa becik”.
Artinya: Kaluarga akan baik jika anggota keluargnya baik. Oleh karena itu jangan berpikir bahwa keluarga akan menjadi baik jika anggotanya tidak baik.

Sedulur iku apik lamun kabeh darbe panjangka amrih rahayu”.
Artinya: Saudara itu baik kalau semuanya mencita-citakan kebahagiaan.

“Wong tuwo ora keno dadi mungsuhe anake”.
Artinya: orang tua tidak boleh menjadi musuh anaknya sendiri.

“Cedhak keluwargo kang becik, ugo senajan ketularan becik”.
Artinya: Dekat dengan keluarga yang baik, tentu akan ketularan yang baik.

“Mikul dhuwur, mendem njero”.
Artinya: Memikul tinggi-tinggi, memendam dalam-dalam (nasehat agar anak bisa menjaga nama baik keluarga dan menutup rapat aib keluarga)

Konsep tentang Kehidupan Bertetangga‎

“Tonggo iku podho karo bapa biyung”.
Artinya: Tetangga itu sama dengan bapak dan ibu.

“Sing sopo ora seneng tetanggan, klebu wong kang ora becik”.
Artinya: Barang siapa yang tidak suka hidup bertetangga tergolong orang yang tidak baik.

“Tonggo kang ora becik atine ojo dicedhaki, nanging ojo dimusuhi”.
Artinya: Tetangga yang tidak baik hatinya jangan di dekati, tetapi jangan pula di musuhi.

“Tonggo iku singkirono lamun darbe sipat kang kurang prayogo”.
 Artinya: Jauhi tetangga yang mempunyai sifat tidak sepantasnya.

“Tetangga iku kadyo ulo umpamane, keno diingu nanging yo gelem nyokot”.
Artinya: Tetangga itu seumpama ular, bisa dipelihara tapi juga mau menggigit.

“Tonggo sing gelem tetulung iku titenono. Yen mangku arep iku bakal ketoro. Nanging yen sarana bebarengan urip bakal dadi konco selawase”.
Artinya: Perhatikan tetangga yang suka menolong. Kalau punya pamrih pasti lekas terlihat. Tetapi kalau hanya sebagai sarana hidup bersama, akan menjadi teman selamanya.

Konsep tentang Menuntut Ilmu

“Ngelmu iku kalakone kanthi laku. Lekase lawan kas. Tegese kas nyantosani. Setya budya pangekese dur angkoro”.
Artinya: Menuntut ilmu itu harusnya disertai dengan laku prihatin. Dimulai dengan niat/kemauan. Kemauan keras yang membuat sentosa. Budi setia penghancur nafsu angkara.

“Sasmitaning ngaurip puniki yekti ewuh yen nora weruha. Tan jumeneng ing uripe. Sakeh kang ngaku-aku pangrasane pan wus utami, tur durung weruh ing rasa, rasa kang satuhu rasaning rasa punika. Upayanen darapon sampurneng dhiri ing kauripaniro”.
Artinya: Makna kehidupan itu sungguh sayang bila tak tahu. Tidak kokoh hidupnya. Banyak orang mengaku perasaaanya sudah utama, padahal belum tahu rasa, rasa yang sesungguhnya. Hakikat rasa itu adalah usahakan supaya diri sempurna dalam kehidupan.

“Yen siro nggeguru kaki amiliha manungsa kang nyoto. Ingkang becik martabate sarto kang weruh ing khukum. Kang ibadah lan kang wirangi sukur oleh wong topo. Iya kang wus mungkul tan mikir piwewehing liyan. Iku pantes gurunono kaki sertane kawrihana”.
Artinya: Jika kamu berguru pilihlah manusia nyata. Yang baik martabatnya serta tahu hukum. Yang hidupnya untuk beribadah, sederhana, senantiasa bersyukur. Yang sudah menanggalkan pamrih pemberian orang. Itulah orang yang pantas kamu jadikan guru.

“Lamun ono wong micoro ilmu, tan mufakat ing patang prekoro, ojo siro age-age. Anganggep nyatanipun saringono dipun bersih limbangen kang patang prekoro rumuhun dalile qur'an hadis lan ijmak lan kiyase papat iku salah siji adate kang mufakat”.
Artinya: Kalau ada orang yang bicara ilmu, tak setuju empat perkara, jangan cepat-cepat percaya padanya. Saringlah yang teliti, pertimbangkan empat hal perkara terdahulu, dalil qur'an hadits dan ijma` dan keempat Qiyas. Semua telah disepakati.

“Wong kang ahli sastra ingarane luhur sastrane. Layak yen mangsi lan kertas. Pantes yen luhur ngakal ning sastra suraosipun. Luhur sejatining sastra, sastra praboting negoro. Lumaku saben dino mang migar pradata hukum, sanadyan tan kanthi ngakal”.
Artinya: Orang yang ahli sastra disebut luhur sastranya. Tepat jika tinta dan kertas. Pantas jika luhur akalnya pada sastra maknanya. Luhur sejatinya sastra, sastra sarana negara. Berjalan tiap hari serta wujud perdata hukum, meskipun tiada diukur dengan akal.

‎Konsep tentang Kepemimpinan dan Bernegara

“Ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”.
Artinya: Seorang pemimpin itu harus bisa berada di depan sebagai suri tauladan, harus bisa berada di tengah untuk senantiasa membaur dengan rakyatnya dan sebagai pengayom, dan harus bisa berada di belakang sebagai motivator demi kemajuan yang dipimpinnya.

“Lamun ono penguasane asale soko wong olo, iku ora luwes bakal konangan alane. Sebab kabeh mau wis kewoco soko tumindhake panguasa mau”.
Artinya: Jikalau ada penguasa yang tidak berasal dari orang yang baik, tiada lama pastinya akan ketahuan jeleknya. Sebab akan tampak dari tindakan si penguasa itu.

“Janma iku tan keno kiniro kinoyo ngopo. Mula ojo siro seneng ngaku lan rumongso pinter dhewe”.
Artinya: Sifat manusia itu walau bagaimanapun tidak bisa diterka dan diduga-duga. Oleh karena itu janganlah engkau suka mengaku dan merasa paling pandai.

“Ratu iku durung mesthi kepenak uripe, lamun ora biso ngaweruhi kawulane”.
Artinya: Penguasa itu belum tentu enak hidupnya, bila tak mengetahui aspirasi rakyatnya.

“Ratu kang mung seneng uripe margo akeh bandane, ing tembe matine ora kajen. Mulo dadi ratu ojo sawiyah-wiyah marang kawulane”.
Artinya: Penguasa yang enak hidupnya hanya karena banyak harta benda kelak matinya tak akan terhormat. Oleh sebab itu jangan kejam dan sewenang-wenang terhadap rakyatnya.

“Ratu kang murang sarak iku ojo diajeni, jalaran ratu kang koyo mengkono iku gawe rusaking negoro”.
Artinya: Penguasa yang kejam dan serakah jangan dihormati, sebab penguasa yang seperti itu akan merusak negara.

“Ratu iku kudu gawe tentrem poro kawulane, mergo yen ora mengkono biso dadi kawulane ngrebut negoro”.
Artinya: Penguasa itu harus bisa membuat tenteram rakyanya, karena jika tidak rakyatnya akan merebut kekuasaan dalam negara itu.

“Pathokaning negoro iku dumunung ono angger-anggering negoro”.
Artinya: Tiang sebuah negara itu terletak pada undang-undang negara.

“Dhasaring negoro iku ono limo, kapisan paserah anane negara iki marang kang Murbeng Dumadi. Kapindo percoyo marang anane manungso iku soko kang Murbeng Dumadi. Kaping telu ojo siro ngilwatake bongso niro pribadi. Kaping papat siro ojo mung kepingin menang dhewe, mulo perlu rerembungan amrih becike. Kaping limo kewajiban aweh sandhang kalawan pangan lan uga njogo katentraman lahir kalawan batin”.
Artinya: Dasar sebuah negara itu ada lima. Pertama, pasrah adanya negara kepada Tuhan. Kedua, percaya bahwa manusia itu adanya dari Tuhan. Ketiga, jangan mengabaikan bangsamu sendiri. Keempat, engkau jangan ingin menang sendiri, karena itu harus suka bermusyawarah bagaimana baiknya. Kelima, berkewajiban memberi sandang dan papan serta ketenteraman lahir batin.

“Bongso iku minangka sarana kuwating negoro. Mulo ojo ngiwarake kebangsaniro pribadi. Supoyo kenugerahan bongso kang handana warih”.
Artinya: Bangsa itu sebagai sarana kuatnya negara. Oleh karena itu janganlah mengabaikan rasa kebangsaanmu sendiri, agar memiliki bangsa yang berjiwa kesatria.

“Poro mudo ojo ngungkurake kawruh kang nyoto, amrih karya ungguling bongso lan biso gawe rahayuning sesama”.
Artinya: Para pemuda jangan mengabaikan ilmu pengetahuan yang nyata, agar negaranya menjadi makmur dan dapat membuat keselamatan sesamanya.

Sungguh, dengan memahami setiap makna dari falsafah di atas, maka terlihat jelas bahwa orang Jawa masa lampau memiliki budaya yang sangat tinggi. Dan ini baru segelintirnya saja, karena masih banyak lagi yang lain namun tidak bisa disampaikan disini. Sehingga tidak salah bila dikatakan melebihi peradaban bangsa-bangsa lain di dunia.

Sebuah kebanggaan yang tak terkira, karena leluhur kita telah mewariskan sesuatu yang sangat berharga. Tapi, sangat disayangkan bahwa saat ini banyak dari kita – termasuk orang etnis Jawa – yang sudah tidak lagi memahami falsafah ini. Bahkan tinggal sedikit saja yang masih mengenal dan mau mengenalinya. Sehingga tidak usah heran bila keadaan negara ini pun terkena dampak buruknya. Makin lama maka kian carut marut saja tatanan kehidupannya, karena para pemimpinnya sendiri – khususnya orang Jawa – sudah tidak mau lagi menjadikan falsafah Jawa ini sebagai pedoman hidup. Sehingga yang tertinggal hanyalah “Akeh wong jowo, ning ora jowo : Banyak orang Jawa, tapi tidak jowo (benar)“‎


Dalam pertunjukan wayang kulit yang paling dikenal adalah cerita tentang Serat Kalimasada (lembaran yang berisi mantera/sesuatu yang sakral) yang cukup ampuh dalam melawan segala keangkaramurkaan dimuka bumi. Dalam cerita itu dikisahkan bahwa si pembawa serat ini akan menjadi sakti mandraguna. Tidak ada yang tahu apa isi serat ini. Namun diakhir cerita, rahasia dari serat inipun dibeberkan oleh dalang. Isi serat Kalimasada berbunyi "Aku bersaksi tiada Tuhan Selain Allah dan Aku bersaksi Muhammad adalah utusan-Nya" ,isi ini tak lain adalah isi dari Kalimat Syahadat.

Dalam pertunjukan wayangpun sang wali selalu mengadakan di halaman masjid, yang disekelilingnya di beri parit melingkar berair jernih. Guna parit ini tak lain adalah untuk melatih para penonton wayang untuk wisuh atau mencuci kaki mereka sebelum masuk masjid. Simbolisasi dari wudu yang disampaikan secara baik.

Dalam perkembangan selanjutnya, sang wali juga menyebarkan lagu-lagu yang bernuansa simbolisasi yang kuat. Yang terkenal karangan dari Sunan Kalijaga adalah lagu Ilir-Ilir. Memang tidak semua syair menyimbolkan suatu ajaran islam, mengingat diperlukannya suatu keindahan dalam mengarang suatu lagu. Sebagian arti yang kini banyak digali dari lagu ini di antaranya :

Tak ijo royo-royo tak senggoh penganten anyar : Ini adalah sebuah diskripsi mengenai para pemuda, yang dilanjutkan dengan,

Cah angon,cah angon, penekna blimbing kuwi, lunyu-lunyu penekna kanggo seba mengko sore : Cah angon adalah simbolisasi dari manusia sebagai Khalifah Fil Ardh, atau pemelihara alam bumi ini (angon bhumi). Penekno blimbing kuwi,mengibaratkan buah belimbing yang memiliki lima segi membentuk bintang. Kelima segi itu adalah pengerjaan rukun islam (yang lima) dan Salat lima waktu. Sedang lunyu-lunyu penekno , berarti, tidak mudah untuk dapat mengerjakan keduanya (Rukun islam dan salat lima waktu) ,dan memang jalan menuju ke surga tidak mudah dan mulus. Kanggo sebo mengko sore, untuk bekal di hari esok (kehidupan setelah mati).

Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane : Selagi masih banyak waktu selagi muda, dan ketika tenaga masih kuat, maka lakukanlah (untuk beribadah).

Memang masih banyak translasi dari lagu ini, namun substansinya sama, yaitu membumikan agama,menyosialisasikan ibadah dengan tidak lupa tetap menyenangkan kepada pengikutnya yang baru.

Dalam lagu-lagu Jawa, ada gendhing bernama Mijil,Sinom, Maskumambang, kinanthi, asmaradhana, hingga megatruh dan pucung. Ternyata kesemuanya merupakan perjalanan hidup seorang manusia. Ambillah Mijil,yang berarti keluar, dapat diartikan sebagai lahirnya seorang jabang bayi dari rahim ibu. Sinom dapat di artikan sebagai seorang anak muda yang bersemangat untuk belajar.Maskumambang berarti seorang pria dewasa yang cukup umur untuk menikah, sedangkan untuk putrinya dengan gendhing Kinanthi. Proses berikutnya adalah pernikahan atau katresnan antar keduanya disimbolkan dengan Asmaradhana. Hingga akhirnya ‎Megatruh, atau dapat dipisah Megat-Ruh. Megat berarti bercerai atau terpisah sedangkan ruh adalah Roh atau jiwa seseorang. Ini proses sakaratul maut seorang manusia. Sebagai umat beragama islam tentu dalam prosesi penguburannya ,badan jenazah harus dikafani dengan kain putih, mungkin inilah yang disimbolkan dengan pucung (atau Pocong).

Kesemua jenis gendhing ditata apik dengan syai-syair yang beragam, sehingga mudah dan selalu pas untuk didendangkan pada masanya.

Ada banyaknya filsafat Jawa yang berusaha diterjemahkan oleh para wali, menunjukkan bahwa walisongo dalam mengajarkan agama selalu dilandasi oleh budaya yang kental. Hal ini sangat dimungkinkan, karena masyarakat Jawa yang menganut budaya tinggi, akan sukar untuk meninggalkan budaya lamanya ke ajaran baru walaupun ajaran tesebut sebenarnya mengajarkan sesuatu yang lebih baik,seperti ajaran agama islam . Sistem politik Aja Nabrak Tembok (tidak menentang arus) diterapkan oleh para dunan..

Dalam budaya jawa sebenarnya sangat sarat dengan filsafat hidup (ular-ular). Ada yang disebut Hasta Brata yang merupakan teori kepemimpinan, berisi mengenai hal-hal yang disimbolisasikan dengan benda atau kondisi alam seperti Surya, Candra, Kartika, Angkasa, Maruta,Samudra,Dahana dan Bhumi.

1. Surya (Matahari) memancarkan sinar terang sebagai sumber kehidupan. Pemimpin hendaknya mampu menumbuhkembangkan daya hidup rakyatnya untuk membangun bangsa dan negaranya.

2. Candra (Bulan) , yang memancarkan sinar ditengah kegelapan malam. Seorang pemimpin hendaknya mampu memberi semangat kepada rakyatnya ditengah suasana suka ataupun duka.

3. Kartika (Bintang), memancarkan sinar kemilauan, berada ditempat tinggi hingga dapat dijadikan pedoman arah, sehingga seorang pemimpin hendaknya menjadi teladan bagi untuk berbuat kebaikan

4. Angkasa (Langit), luas tak terbatas, hingga mampu menampung apa saja yang datang padanya.Prinsip seorang pemimpin hendaknya mempunyai ketulusan batin dan kemampuan mengendalikan diri dalam menampungpendapat rakyatnya yang bermacam-macam.

5. Maruta (Angin), selalu ada dimana-mana tanpa membedakan tempat serta selalu mengisi semua ruang yang kosong. Seorang pemimpin hendaknya selalu dekat dengan rakyat, tanpa membedakan derajat da martabatnya.

6. Samudra (Laut/air), betapapun luasnya, permukaannya selalu datar dan bersifat sejuk menyegarkan. Pemimpin hendaknya bersifat kasih sayang terhadap rakyatnya.

7. Dahana (Api), mempunyai kemampuan membakar semua yang bersentuhan dengannya. Seorang pemimpin hendaknya berwibawa dan berani menegakkan kebenaran secara tegas tanpa pandang bulu.

8. Bhumi (bumi/tanah), bersifat kuat dan murah hati. Selalu memberi hasil kepada yang merawatnya. Pemimpin hendaknya bermurah hati (melayani) pada rakyatnya untuk tidak mengecewakan kepercayaan rakyatnya.

Dalam teori kepemimpinan yang lain ada beberapa filsafat lagi yang banyak dipakai , agar setiap pemimpin (Khususnya dari Jawa) memiliki sikap yang tenang dan wibawa agar masyarakatnya dapat hidup tenang dalam menjalankan aktifitasnya seperti falsafah : Aja gumunan, aja kagetan lan aja dumeh.Maksudnya, sebagai pemimpin janganlah terlalu terheran-heran (gumun) terhadap sesuatu yang baru (walau sebenarnya amat sangat heran), tidak menunjukkan sikap kaget jika ada hal-hal diluar dugaan dan tidak boleh sombong (dumeh) dan aji mumpung sewaktu menjadi seorang pemimpin.Intinya falsafah ini mengajarkan tentang menjaga sikap dan emosi bagi semua orang terutama seorang pemimpin.

Falsafah sebagai seorang anak buahpun juga ada dalam ajaran Jawa, ini terbentuk agar seorang bawahan dapat kooperatif dengan pimpinan dan tidak mengandalakan egoisme kepribadian, terlebih untuk mempermalukan atasan, seperti digambarkan dengan, Kena cepet ning aja ndhisiki, kena pinter ning aja ngguroni,kena takon ning aja ngrusuhi. Maksudnya, boleh cepat tapi jangan mendahului (sang pimpinan) , boleh pintar tapi jangan menggurui (pimpinan), boleh bertanya tapi jangan menyudutkan pimpinan. Intinya seorang anak buah jangan bertindak yang memalukan pimpinan, walau dia mungkin lebih mampu dari sang pimpinan. Sama sekali falsafah ini tidak untuk menghambat karir seseorang dalam bekerja, tapi, inilah kode etik atau norma yang harus di pahami oleh tiap anak buah atau seorang warga negara, demi menjaga citra pimpinan yang berarti citra perusahaan dan bangsa pada umumnya. Penyampaian pendapat tidak harus dengan memalukan,menggurui dan mendemonstrasi (ngrusuhi) pimpinan, namun pasti ada cara diluar itu yang lebih baik. Toh jika kita baik ,tanpa harus mendemonstrasikan secara vulgar kebaikan kita, orang pun akan menilai baik.

Dalam kehidupan umum pun ada falsafah yang menjelaskan tentang The Right Man on the Right Place (Orang yang baik adalah orang yang mengerti tempatnya). Di falsafah jawa istilah itu diucapakan dengan Ajining diri saka pucuke Lathi, Ajining raga saka busana. Artinya harga diri seseorang tergantung dari ucapannya dan sebaiknya seseorang dapat menempatkan diri sesuai dengan busananya (situasinya). Sehingga tak heran jika seorang yang karena ucapan dan pandai menempatkan dirinya akan dihargai oleh orang lain. Tidak mengintervensi dan memasuki dunia yang bukan dunianya ini ,sebenarnya mengajarkan suatu sikap yang dinamakan profesionalisme, yang mungkin agak jarang dapat kita jumpai (lagi). Sebagai contoh tidak ada bedanya seorang mahasiswa yang pergi ke kampus dengan yang pergi ke mal , dan itu baru dilihat dari segi busana/bajunya , yang tentu saja baju akan sangat mempengaruhi tingkah laku dan psikologi seseorang.

Falsafah Sedulur papat limo pancer

Falsafah Sedulur Papat Kalima Pancer adalah falsafah Jawa Kuno yang memiliki makna spiritual teramat dalam. Kelima elemen dasar dalam falsafah tersebut berbicara tentang kelahiran seorang manusia (jabang bayi) yang tidak lepas dari empat duplikasi penyertanya. Duplikasi tersebut dimaknai sebagai sedulur (saudara) yang tak kasat mata, yang akan menyertai kehidupan seseorang sejak lahir hingga matinya. Mereka itu antara lain:

1. Watman : yaitu rasa cemas / kawatir dari seorang ibu ketika hendak melahirkan anaknya. Ibu harus berjuang antara hidup dan mati dalam proses kelahiran. Watman adalah saudara tertua yang menyiratkan betapa utamanya sikap menaruh hormat dan sujud pada orang tua khususnya ibu. Kasih sayang, perhatian dan doa ibu adalah kekuatan yang akan mengiringi perjalanan hidup sang anak.

2. Wahman : yaitu kawah atau air ketuban. Fungsi air ketuban adalah menjaga agar janin dalam kandungan tetap aman dari goncangan. Ketika proses kelahiran terjadi, air ketuban pecah dan musnah menyatu dengan alam, namun secara metafisik ia tetap ada sebagai saudara penjaga dan pelindung.

3. Rahman : yaitu darah persalinan. Darah adalah gambaran kehidupan, nyawa dan semangat. Darah persalinan pada akhirnya musnah dan menyatu dengan alam, namun secara metafisik ia tetap ada sebagai saudara yang memberi semangat dalam perjuangan mengarungi kehidupan. Darah juga gambaran kesehatan jasmani dalam hidup seseorang.

4. Ariman : yaitu ari-ari atau plasenta. Fungsi ari-ari adalah sebagai saluran makanan bagi janin dalam kandungan. Ariman adalah saudara tak kasat mata yang menolong seseorang untuk dapat mencari nafkah dan memelihara kehidupannya. Dan

5.  Pancer (Pusat) yaitu si jabang bayi itu sendiri. Ketika jabang bayi itu lahir, tumbuh dan dewasa, maka ia tidaklah sendirian. Keempat saudaranya Watman, Wahman, Rahman dan Ariman senantiasa menemani secara metafisik.

Mereka adalah saudara penolong dalam mengarungi kehidupan hingga seseorang kembali lagi pada Sang Pencipta. Pancer atau Pusat juga dimaknai sebagai "Ruh" yang ada dalam diri manusia, yang akan mengendalikan kesadaran seseorang agar tetap "eling lan waspodo", ingat pada Sang Pencipta dan menjadi insan yang bijaksana. Jadi sedulur papat berperan sebagai potensi / energi aktif, sedangkan pancer sebagai pengendali kesadarannya. Kesadaran kosmik tentang adanya saudara penyerta dalam falsafah Sedulur 4 Ka-5 Pancer pada akhirnya akan mengaktifkan potensi dalam diri seseorang.

Seseorang yang mampu menggali potensi Sedulur Papat Kalima Pancer akan menjadi seseorang yang sukses seutuhnya. Pada tingkat kesadaran tertentu orang tersebut bahkan dipercaya dapat mencapai "kesaktian" yang supranatural. Dalam persepsi moralitas dan spiritualitas, orang yang memiliki kesadaran Sedulur Papat Kalima Pancer dapat dimaknai sebagai orang yang memiliki etika tinggi. Etika ini mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dalam berbagai hubungan dan perannya dalam masyarakat. Dalam keluarga, pekerjaan, pendidikan, kerohanian, kesehatan maupun hubungan-hubungan sosial lainnya. Banyak orang mengklaim dirinya sukses, tapi hanya dalam bisnis saja, sedangkan rumah tangganya berantakan, tubuhnya sakit-sakitan, jiwanya tertekan. Ini bukan sukses yang sejati.

Falsafah Sedulur 4 Ka-5 Pancer merupakan falsafah dasar yang kemudian dapat dikembangkan dalam berbagai pakem-pakem Jawa. Misalnya pakem tentang hari-hari Jawa, yaitu pasaran Legi (Timur), Pahing (Selatan), Pon (Barat), Wage (Utara) dan Kliwon (Tengah/Pusat).

Dalam tradisi pewayangan juga dikenal tokoh Punakawan: Semar, Petruk, Gareng, Bagong yang menemani dan melayani tokoh pusat yaitu Arjuna. Hal ini juga menggambarkan keempat kuda pada kereta perang Arjuna yang dikendalikan oleh kusirnya yaitu Krisna.

Pada periode Islam Jawa, dikenal pula keyakinan tentang malaikat penyerta yaitu Jibril, Mikail , Isrofil, dan Ijro'il yang akan membawa seseorang mencapai Sidrathul Muntaha atau menyertai hidup manusia hingga mati menghadap kepada Sang Ilahi.

Seperti yang sudah-sudah, falsafah Jawa selalu sarat dengan perlambangan, sehingga ia kaya akan interpretasi tanpa mengeliminir substansi-nya. Demikian pula falsafah Sedulur 4 Ka-5 Pancer, secara normatif dapat berupa perlambangan untuk makna yang jauh labih hakiki. Sedulur 4 menggambarkan elemen dasar dalam diri manusia (ego) yaitu Cipta, Rasa, Karsa dan Karya.

1. CIPTA adalah pikiran, sumber dari segala logika, idea, imajinasi, kreativitas dan ambisi. Pikiran adalah manipulasi otak atas informasi untuk membentuk konsep, penalaran dan pengambilan keputusan.

2. RASA adalah emosi atau reaksi afekif atas peristiwa dan pengalaman hidup. Berbagai ekspresi emosi begitu kaya, bahkan jauh lebih kaya daripada bahasa yang dapat mengungkapkannya.

3. KARSA adalah kehendak atau niat, yaitu motivasi dalam diri individu untuk melaksanakan keputusan dan rencananya. Seseorang dapat termotivasi oleh rangsangan dari luar, namun sebaliknya juga dari dalam dirinya sendiri.

4. KARYA adalah tindakan, yaitu aspek psikomotor dalam diri individu yang menghasilkan suatu wujud konkret, sehingga dapat dikenali dan berdampak bagi lingkungan sekitarnya.

Keempat elemen dasar dalam diri manusia di atas akan menjadi “efektif” apabila manusia tersebut dikontrol oleh Pancer / kunci yang disebut dengan KESADARAN yang biasa diistilahkan dengan “eling”. Di sinilah letak perjuangan spiritual sesungguhnya. Ketika katup-katup kesadaran mampu dibuka, maka potensi 4 elemen dasar manusia akan menjadi kekuatan “quantum” yang luar biasa, memiliki daya ledak, menjadikan seseorang menjadi insan seutuhnya, sukses lahir batin, satria pinandhito sinisihan wahyu!

Masih banyak filsafat Jawa yang mungkin, tidak dapat diuraikan satu persatu, terlebih keinginan saya bukan untuk banyak membahas hal ini, mengingat ini bukan bidang saya, namun kami hanya ingin memberikan suatu wacana umum kepada pembaca, bahwa, banyak sekali ilmu yang dapat kita gali dari budaya (Jawa) kita saja, sebelum kita menggali budaya luar terlebih hanya meniru (budaya luar)-nya saja.

‎Semoga dengan adanya tulisan ini semakin menyadarkan kehidupan kita, bahwa di dalam diri kita ini – khususnya warisan leluhur – telah memiliki kemampuan yang besar dan tidak akan kalah dengan bangsa lainnya di dunia. Agar kian bertambah cinta pada warisan leluhur dan terus percaya diri demi kemajuan negara.‎

Minggu, 01 Juli 2018

Menyelami Dalam Diri

 6 Kekuatan Dahsyat Dalam Diri Manusia

1. Kekuatan Impian (The Power of Dreams)
》Untuk memperoleh hal-hal terbaik dalam kehidupan ini, kita harus memiliki impian dan tujuan hidup yang jelas.
》Kita harus berani memimpikan hal-hal terindah dan terbaik yang kita inginkan bagi kehidupan kita,dan kehidupan      orang-orang yang kita cintai.
》Tanpa impian, kehidupan kita akan berjalan tanpa arah dan akhirnya kita tidak menyadari dan tidak mampu                 mengendalikan ke mana sesungguhnya kehidupan kita akan menuju.
》Tetapi jangan hidup dalam mimpi.

2. Kekuatan dari Fokus (The Power of Focus)
》Fokus adalah daya (power) untuk melihat sesuatu termasuk masa depan, impian, sasaran atau hal-hal lain                seperti kekuatan dan kelemahan dalam diri, peluang di sekitar kita, sehingga lebih jelas dan mengambil langkah      untuk mencapainya.
》Seperti halnya sebuah teropong yang membantu seorang untuk melihat lebih jelas.
    kekuatan fokus membantu kita melihat impian, sasaran, dan kekuatan kita dengan lebih jelas,
    sehingga kita tidak ragu-ragu dalam melangkah untuk mewujudkannya.

3. Kekuatan Disiplin Diri (The Power of Self Discipline)
》Pengulangan adalah kekuatan yang dahsyat untuk mencapai keunggulan Kita adalah apa yang kita lakukan                berulang-ulang.
》Menurut filsuf Aristoteles, keunggulan adalah sebuah kebiasaan.
》Kebiasaan terbangun dari kedisiplinan diri yang secara konsisten dan terus-menerus melakukan sesuatu tindakan Dengan otomatis berdampak pada keberhasilan seseorang
》Kebiasaan kita akan menentukan masa depan kita.
》Untuk membangun kebiasaan tersebut, diperlukan disiplin diri yang kokoh.
》Sedangkan kedisiplinan adalah bagaimana kita mengalahkan diri kita dan mengendalikannya untuk mencapai          impian dan hal-hal terbaik dalam kehidupan ini.

4. Kekuatan Perjuangan (The Power of Survival)
》Setiap manusia diberikan kekuatan untuk menghadapi kesulitan dan penderitaan.
》Justru melalui berbagai kesulitan itulah kita dibentuk menjadi tegar dalam menghadapi berbagai kesulitan dan         kegagalan.
》Seringkali kita lupa untuk belajar bagaimana caranya menghadapi kegagalan dan kesulitan hidup, karena justru        kegagalan itu sendiri merupakan unsur atau bahan yang utama dalam mencapai keberhasilan atau kehidupan          yang berkelimpahan.
》Seperti halnya ketika ingin melompati sesuatu diperlukan ancang ancang/mundur sedikit untuk mendapatkan          lompatan yang tinggi sehingga bisa melewatinya.

5. Kekuatan Pembelajaran (The Power of Learning)
》Salah satu kekuatan manusia adalah kemampuannya untuk belajar.
》Dengan belajar kita dapat menghadapi dan menemukan perubahan sedikit demi sesikit dalam kehidupan kita.
》Dengan belajar kita dapat bertumbuh hari demi hari menjadi manusia yang lebih baik.
》Belajar adalah proses seumur hidup.
》Sehingga dengan senantiasa belajar dalam kehidupan ini, kita dapat terus meningkatkan taraf kehidupan kita            pada tingkat yang lebih tinggi.

6. Kekuatan Pikiran (The Power of Mind)
》Pikiran adalah kekuatan yang paling besar dan paling terindah.
》Dengan memahami cara bekerja dan mengetahui bagaimana cara mendayagunakan kekuatan pikiran, kita dapat      menemukan hal-hal terbaik bagi kehidupan kita.
》Dengan melatih dan mengembangkan kekuatan pikiran, selain kecerdasan intelektual dan kecerdasan kreatif            kita.
》Meningkat kekuatan fikiran, juga secara bertahap kecerdasan emosional dan bahkan kecerdasan spiritual kita          akan bertumbuh dan berkembang ke tataran yang lebih tinggi.
》Seperti halnya otot yang terus dilatih terus menerus dengan sendirinya ototk akan semakin kuat.
》Kita berhak dan memiliki kekuatan untuk mencapai kehidupan yang berkelimpahan dan memperoleh hal-hal              terbaik dalam kehidupan kita.

Semuanya adalah produk dari pilihan sadar kita, berdasarkan keyakinan kita, dan bukan dari produk kondisi keberadaan kita di masa lalu dan saat ini.

Sebagaimana dikatakan oleh Jack Canfield dalam bukunya The Power of Focus, bahwa kehidupan tidak terjadi begitu saja kepada kita.
Kehidupan adalah serangkaian pilihan dan bagaimana kita merespons setiap situasi yang terjadi pada kita.

Sebagaimana orang tua jawa punya unen-unen " olah rogo olah roso olah rasio "

Rahayu πŸ™ πŸ™ πŸ™


Sabtu, 30 Juni 2018

Ku Tatap Langit Dimalam Yang Sunyi



Kebanyakan orang ketika putus harapan,sering kali kita " bilang hidup kita hampa/Kosong"
Seakan akan tidak punya semangat hidup lagi.
Coba dongakkan wajah ke atas, tatap langit.
Sejak jaman dinosaurus hingga jaman android hari ini
Langitpun sudah hampa. 
Benar-benar hampa Kosong 
Tapi langit punya penghiburan, punya kegiatan yang indah, sesekali melintas awan, hujan, sesekali dihiasi pelangi, sesekali di penuhi titik bintang dan bulan.
Maka indah sudah kehampaan dan kekosongan langit tersebut.

PERJALANAN KE DIRI

*JALANILAH KEHIDUPAN INI DENGAN BIJAK*

Tak ada yang tau esok akan hujan atau tidak...
Tak ada yang tau ke mana angin akan berhembus...

Tak ada yang tau sampai kemana daun gugur yang hanyut di sungai yang mengalir deras...
Begitu juga,tak ada yang tau apa yang akan terjadi esok...

Pantaskah kita kuatir dan gelisah ?"TIDAK"
 karena Ketakutan dan Kegelisahan tidak akan memperbaikinya bisa jadi mempersempit keadaan.
Pada dasarnya rasa takut dan kuatir hanya ada didalam fikiran kita

Hanya ada 2 Pilihan dalam hidup ini :

 *HIDUP SIA-SIA*
atau
*MEMBERIKAN YANG TERBAIK SELAMA HIDUP
(HIDUP YANG BERMANFAAT)*

Kita tak perlu tau apa yang akan terjadi esok,
yang kita perlukan adalah *BAGAIMANA MENJALANINYA DENGAN BAIK.*

√ Jalan Hidup : Jalani
√ Lakon Hidup : Lakoni
√ Tempat Hidup : Tempati